Tasawuf dalam Hierarki Ilmu-Ilmu Islam dan Kedudukan Tasawuf
RESUME
AKHLAK TASAWUF
TASAWUF DALAM HIERARKI
ILMU-ILMU ISLAM DAN KEDUDUKAN TASAWUF
Disusun
oleh:
NURAINUN
BR PASARIBU
Nim:
0705163019
FISIKA-1
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
T.A
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayah Allah SWT
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya. Makalah
ini berisikan tentang hadis dalam etos kerja dan profesionalisme.
Salawat
serta salam semoga senantiasa tercurah untuk junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW, beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman, dengan diiringi upaya
meneladani akhlaknya yang mulia.
Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagi salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman
dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Makalah
ini kami akui maasih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Medan,
23 Maret 2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………….1
A.
Latar
Belakang…………………………………………………………...1
B.
Rumusan
Masalah………………………………………………………. 1
C.
Tujuan
Makalah…………………………………………………………..1
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………...2
A.
Tasawuf
dalam Hierarki Ilmu-ilmu Islam………………………………...2
B.
Kedudukan
Tasawuf……………………………………………………...4
BAB III PENUTUP……………………………………………………………...6
A.
Kesimpulan……………………………………………………………….6
B.
Saran……………………………………………………………………...6
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………7
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hierarki
ilmu yaitu urutan tata jenjang ilmu atau tingkatan-tingkatan dari ilmu yang dimulai
dari jenis ilmu kemudian rumpun ilmu selanjutnya cabang ilmu dan terakhir yaitu
rangkai ilmu.
Kedudukan
tasawuf dalam ajaran Islam adalah sebuah bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari ajaran islam itu sendiri. Karena memang dasar rujukan dalam tasawuf adalah
al-Qur’an, al-Sunnah dan al-Atsar (peninggalan) para ulama terpercaya.
B.
Rumusan
Makalah
1. Apa
itu tasawuf dalam hierarki ilmu-ilmu islam ?
2. Jelaskan
kedudukan tasawuf ?
C.
Tujuan
Makalah
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Tasawuf
dalam hierarki ilmu-ilmu islam dan kedudukan tasawuf
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tasawuf
dalam Hierarki Ilmu-ilmu Islam
Dalam
tradisi intelektual Islam, para ulama telah membuat klasifikasi ilmu
berdasarkan sudut pandang Islam. Di antara mereka, pendapat Ibn Khaldun cukup
penting diutarakan. Dalam Muqaddimah, Ibn Khaldun membagi ilmu menjadi dua
jenis. Pertama, ilmu-ilmu hikmah dan filsafat (ulum al-hikmiyah al-falsafiyyah)
yang diperoleh dengan akal manusia, dan ilmu yang diajarkan dan ditranformasikan
(ulum al-naqliyyah al-wadhi’iyah) yang bersumber kepada syariat Islam
(Al-Qur’an dan hadis). Ibn Khaldun mengkategorikan tasawuf sebagai salah satu
dari beragam ilmu-ilmu syariah (ulum al-naqliyyah al-wadhi’iyah).
Dalam
pembagian ilmu menurut al-Ghazali (w.1111) berdasarkan cara perolehan ilmu,
disebutkan bahwa ilmu terdiri atas dua: ilmu yang dihadirkan (‘ilm al-hudhuri/presential)
dan ilmu yang dicapai (‘ilm al-hushuli/attained), sedangkan tasawuf
dikategorikan sebagai ‘ilm al-hudhuri. Ibn al-Qayyim al-Jauziyah (w.1350)
membagi ilmu menjadi tiga derajat: ‘ilm jaliyun (didasari observasi,
eksperimen, dan silogisme), ‘ilm khafiyun (ilmu makrifat), dan ‘ilm laduniyun
(didasari ilhan dari Allah), dan tasawuf
dikelompokkan menjadi keapada ‘ilm khafiyun dan ‘ilm laduniyun.
Syed
Muhammad Naquib al-Attas membagi ilmu menjadi dua jenis: ilmu pemberian Allah
(the God given knowledge) yang disebut ilmu-ilmu agama (the religious
sciences), dan ilmu capaian (the acquired knowledge) yang disebut ilmu-ilmu
rasional, intelektual dan filosofis (the rational, intellectual
and
philosophical sciences), sedangkan tasawuf dikategorikan sebagai metafisika Islam
yang merupakan bagian ilmu-ilmu agama (the religious sciences). Dapat
ditegaskan bahwa para ulama menempatkan tasawuf sebagai bagian dari ilmu-ilmu
agama, meskipun sebagian ahli menyebutkan bahwa tasawuf dalam bentuk tasawuf
falsafi dipengaruhi oleh agama dan aliran filsafat tertentu.
Ibn
Khaldun telah mengulas tasawuf sebagai sebuah disiplin ilmu dalam kitab
Muqaddimahnya. Dari aspek sumber, tasawuf sebagai salah satu dari ilmu
sayariah, menurut Ibn Khaldun, bersumber dari syariat yakni Al-Qur’n dan hadis,
dan akal tidak memiliki peran dalam ilmu-ilmu syariah kecuali menarik
kesimpulan dari kaidah-kaidah utama untuk cabang-cabang permasalahannya.
Meskipun
muncul belakangan sebagai sebuah disiplin ilmu, tasawuf sebagai bagian dari
ilmu-ilmu syariat telah dipraktikkan pada zaman Nabi Muhammad SAW, sahabat dan
tabiin, dan pada masa itu tasawuf masih berupa bentuk ibadah semata. Dari aspek
tujuan, pelajar sufi (al-murid) harus terus meningkatkan kualitas ibadahnya dan
beranjak dari tingkatan tertinggi (al-maqamat) sampai mencapai kemantapan
tauhid (al-tauhid) dan makrifat (al-ma’rifah).
Dari
aspek pembahasan, tasawuf membicarakan empat pokok persoalan. Pertama,
pembahasan tentang mujahadah (al-mujahadah), zauq (al-adzawq), intropeksi diri
(muhasabah al-nafs), dan tingkatkan-tingkatkan spiritual (al-maqamat). Kedua,
penyingkapan spiritual (al-kasyf) dan hakikat-hakikat (al-haqiqah) alam gaib
(‘alam al-gayb). Ketiga, keramat wali (al-karamat). Keempat, istilah-istilah
kaum sufi yang diungkapkan pasca ‘mabuk’ spiritual (al-syathahat). Menurut Ibn
Khaldun, kebanyakan fukaha menolak ajaran kaum sufi tentang tasawuf.
B.
Kedudukan
Tasawuf
Ajaran Tasawuf dalam Islam, memang tidak sama kedudukan hukumnya dengan
rukun-rukun Iman dan rukun-rukun Islam yang sifatnya wajib, tetapi ajaran
Tasawuf bersifat sunnat. Maka Ulama Tasawuf sering menamakan ajarannya dengan
istilah “Fadailu al-A’mal” (amalan-amalan yang hukumnya lebih afdhal, tentu
saja maksudnya amalan sunnat yang utama.
Memang harus diakui bahwa tidak ada satupun ayat atau Hadith yang memuat
kata Tasawuf atau Sufi, karena istilah ini baru timbul ketika Ulama Tasawuf
berusaha membukukan ajaran itu, dengan bentuk ilmu yang dapat dibaca oleh orang
lain. Upaya Ulama Tasawuf memperkenalkan ajarannya lewat kitab-kitab yang telah
dikarangnya sejak abad ketiga Hijriyah, dengan metode peribadatan dan
istilah-istilah (symbol Tasawuf) yang telah diperoleh dari pengalaman batinnya,
yang memang metode dan istilah itu tidak didapatkan teksnya dalam Al-Qur’an dan
Hadith. Tetapi sebenarnya ciptaan Ulama Tasawuf tentang hal tersebut,
didasarkan pada beberapa perintah Al-Qur’an dan Hadith, dengan perkataan
“Udhkuru” atau “Fadhkuru”. Dari perintah untuk berzikir inilah, Ulama Tasawuf
membuat suatu metode untuk melakukannya dengan istilah “Suluk”. Karena kalau
tidak didasari dengan metode tersebut, maka tidak ada bedanya dengan akhlaq
mulia terhadap Allah. Jadi bukan lagi ajaran Tasawuf, tetapi masih tergolong
ajaran Akhlaq.
Tasawuf merupakan pengontrol jiwa dan membersihkan manusia dari
kotoran-kotoran dunia di dalam hati, melunakan hawa nafsu, sehingga rasa takwa
hadir dari hati yang bersih dan selalu merasa dekat kepada Allah. Tujuan
tasawuf itu menghendaki manusia harus menampilkan ucapan, perbuatan, pikiran,
dan niat yang suci bersih, agar menjadi manusia yang berakhlak baik dan sifat
yang terpuji, sehingga menjadi seorang hamba yang dicintai Allah swt. Oleh
karena itu, sifat-sifat yang demikian perlu dimiliki oleh seorang muslim.
Maka dengan bertasawuf, seseorang akan bersikap tabah, sabar, dan mempunyai
kekuatan iman dalam dirinya, sehingga tidak mudah terpengaruh atau tergoda oleh
kehidupan dunia yang berlebihan dengan bersikap qonaah, yaitu sabar dan
tawakal, serta menerima apa yang telah diberikan Allah walaupun sedikit. Oleh
karena itu tasawuf betul-betul mendapatkan perhatian yang lebih dalam ajaran
Islam, walaupun sebagian ulama fikih menentang tasawuf ini, karena dianggap
bid'ah dan orang yang mempelajarinya telah berbuat syirik, karena tidak
berpedoman kepada Al-Quran dan Sunnah.
Dalam ayat pertama, diterangkan bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan
sebaik-baik kejadian, namun karena perbuatan manusia itu sendiri, maka Allah
mengembalikannya kepada tempat yang sangat hina. Tempat inilah yang dimaksudkan
oleh Sufi sebagai neraka. Dan untuk menghindarinya, maka Sufi membuat tata cara
mengabdikan diri kepada Allah, yang disebut dengan “Suluk”, di mana di dalamnya
diwarnai oleh zikir, sebagaimana anjuran dalam ayat kedua di muka, dengan
kalimat “Udzkurullah Dzikran Katsiira”… Sehingga Salik (peserta suluk) dapat
mencapai tujuan Tasawufnya, yang disebut Ma’rifah; yaitu suatu pengenalan batin
terhadap Allah, yang disebut dalam hadith di muka, sebagai perkataan pengabdian
hamba kepada Allah, yang seolah-olah dapat melihat-Nya (A’budillah Kannaka
Tarahu …).
Jadi, seorang hamba bisa dekat dengan Allah, yaitu dengan bertasawuf.
Dengan demikian tasawuf memiliki Kedudukan yang penting dalam ajaran
Islam tergantung kita dalam mempelajari dan memahaminya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara
Hierarki dan kedudukan nya dalam ilmu – ilmu islam, tasawuf berada pada
tingkatan pembentukan akhlak dan karakter manusia untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Tasawuf adalah aspek ajaran Islam yang paling penting karena peranan
tasawuf merupakan jantung atau urat nadi pelaksanaan ajaran – ajaran Islam.
Tasawuf inilah yang merupakan kunci kesempurnaan amaliah ajaran Islam. Memang,
di samping aspek tasawuf dalam Islam ada
aspek lain, yaitu akidah dan syariah. Dengan kata lain, yang di
maksud ad – din (agama) terdiri atas
Islam, iman, dan ihsan, dan ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan.
B.
Saran
Penulis
berharap para pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca
pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ja’far. 2016. Gerbang Tasawuf. Medan: Perdana
Publishing.
Mahmud, Abdul Halim. 2001. Tasawuf
dalam Dunia Islam. Medan: Pustaka Setia.
Komentar
Posting Komentar